oleh : Khusuma Ari

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah risiko mungkin bukan hal yang baru dalam kehidupan kita. Begitu juga dalam aktivitas organisasi, segala aktivitas program yang telah direncanakan memiliki berbagai tingkat risiko. Namun faktanya,  kebanyakan organisasi sering mengabaikan pentingnya manajemen risiko karena terlalu terfokus pada tujuan program. Pengelolaan risiko menjadi bagian yang penting karena organisasi harus mampu untuk  mengambil risiko dengan tepat. Oleh karena itu, manajemen risiko (risk management) perlu untuk dipahami.

Dewasa ini, lingkungan organisasi baik secara internal mau eksternal menuntut pendekatan manajemen risiko yang terintegrasi dan tidak hanya fokus pada minimalisasi atau mitigasi risiko, tetapi juga mendukung kegiatan yang mendorong munculnya inovasi. Berikut merupakan tahapan penyusunan standar manajemen risiko dalam sebuah organisasi :

1. Menentukan Konteks

Langkah pertama adalah menentukan konteks yang dibuat menyesuaikan proses manajemen program organiasi, lingkungan internal dan eksternal. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi risiko dengan tujuan dan manfaat yang diharapkan.

2. Identifikasi Risiko

Identifikasi resiko dilakukan dengan melihat potensi kemungkinan dan konsekuensi  menggunakan penilaian risiko. Identifikasi diharapkan dapat memprediksi risiko yang mungkin terjadi pada program atau tingkat keparahan risiko apabila benar terjadi.

3. Penilaian Risiko

Hasil identifikasi selanjutnya dianalisis dan dievaluasi untuk menentukan besarnya risiko, tingkat keparahan risiko serta menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.

4. Pengendalian Risiko

Langkah pengendalian risiko harus dilakukan pada semua risiko yang telah teridentifikasi, terutama pada jenis risiko yang dinilai memiliki dampak signifikan terhadap program dan mempengaruhi tujuan program

5. Komunikasi dan Konsultasi

Langkah berikutnya adalah mengkomunikasikan risiko kepada semua pihak yang berkepentingan sehingga antisipasi segera dapat dilakukan.

6. Pemantuan dan Peninjauan Ulang

Proses manajemen risiko harus tetap dipantau dan ditinjau ulang untuk mengetahui adanya kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa sistem manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati dan sejalan dengan ruang lingkup program.

Gambar 1. Proses manajemen risiko¹

Berbagai organisasi di Indonesia telah mulai menerapkan kerangka kerja manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 mengenai Risk Management- Principles and Guidelines. Pelaksanaan manajemen risiko dalam suatu organisasi juga harus didukung dengan peningkatan kesadaran risiko oleh para  pelaku program, karena risiko bergantung pada perubahan lingkungan baik internal maupun secara eksternal. Dengan demikian, risiko terburuk dapat dihindari.

Beberapa manfaat dari penerapan manajemen risiko yang efisien dalam program organisasi, diantaranya:

1. Memberikan hasil program yang lebih baik karena melalui pengambilan keputusan yang tepat.
2. Mengakui adanya ketidakpastian/risiko dengan memberikan perkiraan pada hasil yang mungkin terjadi.
3. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diharapkan.
4. Menciptakan rasa aman dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran pelaku program mengenai risiko yang mungkin dihadapi.

Dengan penerapan manajemen risiko secara terstruktur dan terintegrasi,  organisasi akan mampu beradaptasi dengan memahami kondisi lingkungan sekitar sekaligus dapat memberikan kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan program.

Artikel selengkapnya mengenai manajemen risiko dapat kamu unduh dalam tautan berikut :

Prinsip Manajemen Risiko dalam Organisasi

Referensi :

1. Thomel N, Vozza A.(2010). Project Design Manual: A step by step tool to support the development of cooperative, and other forms of self, help organization. Geneva. Manual Book.
2. Peter B Heinz. (2010). Risk Management: Prosedur, Methods, and Experiences. Germany: RT & A. Vol II.